Berbagai Karunia Roh Kudus : Berbahasa Roh, Bernubuat, dll
Sebagian kelompok pengikut Kristus zaman modern ini mengklaim bahwa pembaptisan yang telah diterima orang Kristen umumnya barulah pembaptisan air, belum pembaptisan dalam Roh. Pembaptisan dalam Roh mereka yakini dicurahkan pada saat yang tak terduga, baik waktu maupun tempatnya. Dan mereka mengklaim bahwa tanda seseorang telah dibaptis dalam Roh adalah karunia bahasa Roh yang mereka terima. Maka, yang belum dianugerahi bahasa Roh dianggap oleh mereka belum menerima pembaptisan dalam Roh. Sementara Gereja Katolik mengajarkan bahwa Sakramen Pembaptisan kita (KGK 1215) adalah “permandian kelahiran kembali dan pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus (Tit 3:5), karena menandakan dan melaksanakan kelahiran dari air dan dari Roh, yang dibutuhkan setiap orang untuk “dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah” (Yoh 3:5). Melalui pembaptisan itu kita sungguh telah menerima Roh Kudus. Maka pada kesempatan ini mari kita pelajari apa itu bahasa Roh dan bagaimana penggunaannya, seperti ditulis oleh Rasul Paulus dalam 1 Kor 12-14.Karunia : Pemberian Gratis dari Tuhan
Dalam 1 Kor 12:1-14:25 Rasul Paulus menulis panjang-lebar berbagai karunia Roh Kudus, seperti berkata-kata dengan hikmat, dengan pengetahuan, memberikan iman, karunia untuk menyembuhkan, untuk mengadakan mukjizat, bernubuat, membedakan macam-macam roh, berkata-kata dengan bahasa roh, dan menafsirkan bahasa roh (1 Kor 12:8-10). Semua itu adalah karunia, pemberian gratis dari Tuhan. Memohon boleh, tapi soal dikabulkan atau tidak, itu urusan Tuhan. Sebab semua karunia itu dikerjakan oleh Roh yang satu dan sama, “yang memberikan karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti yang dikehendaki-Nya ” (1 Kor 12:11). Kenapa seseorang mendapat karunia ini sementara yang lain mendapat karunia itu, hal itu sepenuhnya urusan Tuhan. Maka tak bisa disimpulkan bahwa mereka yang mendapat karunia tertentu berarti lebih suci daripada yang lain. Mereka yang tak bisa berbahasa roh, bernubuat, melakukan mukjijat, ataupun menyembuhkan belum tentu kalah suci daripada mereka yang menerima karunia tersebut. Kesucian seseorang tidak ditentukan oleh seberapa banyak dia menerima karunia Roh Kudus, tetapi oleh sejauhmana dia berbuat kasih (1 Kor 13:1-13).
Untuk Kepentingan Bersama
Karunia yang berbeda-beda itu dianugerahkan kepada tiap-tiap orang “untuk kepentingan bersama” (1 Kor 12:7)dan untuk membangun jemaat (1 Kor 14:12). Maka karunia itu tidak dimaksudkan untuk dipamerkan, dikomersilkan, ataupun dijadikan alasan menjadi sombong. Karunia itu dipercayakan Tuhan kepada kita dengan konsekuensi kita harus menggunakannya untuk kepentingan bersama, bukan untuk kepentingan diri sendiri, dan untuk membangun Gereja. Kita harus senantiasa waspada akan bahaya kesombongan rohani, terlebih mereka yang menerima karunia-karunia “spektakuler”.
Bahasa Roh
Salah satu karunia Roh Kudus adalah berbahasa Roh. Apa sebenarnya bahasa roh itu? Menurut Rasul Paulus, bahasa Roh adalah bahasa yang diucapkan manusia kepada Tuhan, “tidak ada seorang pun yang mengerti bahasanya; oleh Roh ia mengucapkan hal-hal yang rahasia” (1 Kor 14:2). Maka lebih tepat, bila bahasa Roh digunakan dalam doa pribadi, bukan dalam doa bersama di lingkungan ataupun di gereja. Sebab hal itu akan menimbulkan kasak-kusuk bagi merek a yang tidak mengerti. Karena itu Rasul Paulus meminta, agar mereka yang dikarunia bahasa Roh, juga memohon karunia untuk menafsirkannya sehingga orang lain yang mendengarnya bisa mengerti dan bisa menjawab “Amin” (1 Kor 14:13-17).
Maka daripada menimbulkan ketidakmengertian bagi umat yang lain, Rasul Paulus berpendapat, “Aku mengucap syukur kepada Allah, bahwa aku berkata-kata dengan bahasa roh lebih daripada kamu semua. Tetapi dalam pertemuan jemaat, aku lebih suka mengucapkan lima kata yang dapat dimengerti untuk mengajar orang lain juga, daripada beribu-ribu kata dengan bahasa roh” (1Kor 14:18-19). Mengapa Rasul Paulus menegaskan hal itu? Apakah dia merasa iri dan kurang respek dengan bahasa roh lantaran tidak bisa berbahasa roh? Menarik, dia mengaku bahwa dirinya bisa berbahasa roh “lebih dari kamu semua”. Dia menasihatkan agar kita yang memohon karunia-karunia itu, mau mempergunakannya untuk membangun jemaat. Bahasa roh yang tak diberi penjelasan, akan sia-sia diucapkan (1 Kor 14:9).
Bahkan untuk mengatur agar pertemuan jemaat berlangsung dengan sopan dan teratur (1 Kor 14:40), Rasul Paulus menasihatkan cara menggunakan bahasa Roh dalam pertemuan jemaat, “Jika ada yang berkata-kata dengan bahasa roh, biarlah dua atau sebanyak-banyaknya tiga orang , seorang demi seorang, dan harus ada seorang lain yang menafsirkannya. Jika tidak ada orang yang dapat menafsirkannya, hendaklah mereka berdiam diri dalam pertemuan jemaat dan hanya boleh berkata-kata kpada dirinya sendiri dan kepada Allah” (1 Kor 14:27-28).
Bahasa Roh atau Nubuat?
Yang terkadang dirujuk sebagai peristiwa penganugerahan bahasa roh adalah mukjizat pentakosta (Kis 2:1-13). Setelah mendapat pencurahan Roh Kudus, para rasul berkata-kata dalam bahasa lain sehingga orang yang mendengarnya bisa mengertinya dalam bahasa ibunya masing-masing. Gumam yang menyaksikannya, “Bagaimana mungkin kita masing-masing mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri, yaitu bahasa yang kita pakai di negeri asal kita” (Kis 2:8). Mereka mengertinya dalam bahasa ibunya. Sementara menurut Rasul Paulus, bahasa roh itu “tidak ada seorang pun yang mengerti bahasanya” (1 Kor 14:2). Jadi, apa yang terjadi dalam mukjizat pentakosta itu bukanlah bahasa roh. Menurut saya, apa yang terjadi dalam peristiwa pentakosta itu lebih merupakan nubuat. Karena dengan nubuat, kita berkata-kata kepada manusia, membangun, menasihati, dan menghibur. Dengan nubuat kita bisa membangun jemaat (1 Kor 14:3-4).
Menarik apa yang diyakini rasul Paulus, “Aku suka, supaya kamu suka berkata-kata dengan bahasa roh, tetapi lebih dari pada itu, supaya kamu bernubuat. Sebab orang yang bernubuat lebih berharga daripada orang yang berkata-kata dengan bahasa roh, kecuali kalau orang itu juga menafsirkannya, sehingga Jemaat dapat dibangun (1 Kor 14:5).
Mari kita manfaatkan karunia yang kita peroleh untuk membangun jemaat, dan lebih dari semua itu, mari kita lebih mengejar kasih, sebab “Kasih tidak berkesudahan, nubuat akan berakhir, bahasa roh akan berhenti, dan pengetahuan akan lenyap” (1 Kor 13:8).
Oleh:
F.X. Didik Bagiyowinadi Pr
Short URL: http://www.kasihyesus.com/?p=229
0 komentar:
Posting Komentar